YESUS DAN PEREMPUAN SAMARIA
* Yohanes 4:1-42 (Terjemahan Lama)
4:1
Setelah Yesus mengetahui sebagaimana yang orang Farisi sudah mendengar
bahwa Yesus itu memperoleh lebih banyak murid dan membaptiskan orang
lebih banyak daripada Yahya,
4:2 (meskipun Yesus sendiri tiada membaptiskan orang, melainkan murid-murid-Nya membaptiskan),
4:3 ditinggalkan-Nyalah tanah Yudea, serta berangkat kembali pula ke Galilea.4:2 (meskipun Yesus sendiri tiada membaptiskan orang, melainkan murid-murid-Nya membaptiskan),
4:4 Tetapi haruslah Ia melalui tanah Samaria.
4:5 Lalu datanglah Ia ke sebuah negeri di Samaria, bernama Sikhar, dekat sebidang tanah, yang dahulu telah diberikan oleh Yakub kepada Yusuf, anaknya itu.
4:6 Maka di situlah perigi Yakub. Maka Yesus, sebab penat berjalan, segeralah duduk di sisi perigi itu, yaitu kira-kira pukul dua belas tengah hari.
4:7 Maka datanglah seorang orang perempuan Samaria hendak mencedok air; maka kata Yesus kepadanya, "Aku minta minum."
4:8 Karena murid-murid-Nya sudah pergi ke dalam negeri membeli makanan.
4:9 Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya, "Masakan Tuan, seorang Yahudi, meminta minum daripada sahaya, seorang orang perempuan Samaria?" Karena orang Yahudi memang tiada beramah-ramahan dengan orang Samaria.
4:10 Maka jawab Yesus serta berkata kepadanya, "Jikalau engkau mengetahui akan anugerah Allah dan akan siapa yang berkata kepadamu, Aku minta minum, tak dapat tiada engkau pun sudah meminta kepada-Nya, maka sudahlah Ia memberi air yang hidup kepadamu."
4:11 Maka kata perempuan itu kepada-Nya, "Ya Tuan, Tuan tidak ada barang sesuatu buat timba, sedang perigi ini dalam; dari manakah Tuan peroleh air yang hidup itu?
4:12 Masakan Tuan lebih besar daripada Yakub, moyang kami, yang telah memberikan perigi ini kepada kami, maka ia sendiri minum daripadanya, dan anak-anaknya dan sekalian kawan binatang hidup-hidupannya?"
4:13 Maka jawab Yesus serta berkata kepadanya, "Barangsiapa yang minum air ini, ia akan dahaga pula;
4:14 tetapi barangsiapa yang minum air itu yang akan Kuberikan kepadanya, tiadalah ia akan dahaga selama-lamanya, karena air yang Aku berikan kepadanya itu, akan menjadi di dalamnya suatu mata air yang memancar sampai kepada hidup yang kekal."
4:15 Maka kata perempuan itu kepada-Nya, "Ya Tuan, berilah hamba air itu, supaya jangan kiranya hamba dahaga dan tak usah lagi hamba datang ke mari mencedok air."
4:16 Maka kata Yesus kepadanya, "Pergilah panggil lakimu, lalu datang ke mari."
4:17 Maka sahut perempuan itu, katanya, "Hamba tiada berlaki." Maka kata Yesus kepadanya, "Benarlah katamu, hamba tiada berlaki;
4:18 karena lima orang sudah jadi lakimu, dan yang sekarang ada padamu, itulah memang bukan lakimu. Benarlah katamu itu."
4:19 Lalu kata perempuan itu kepada-Nya, "Wah Tuan, hamba rasa, Tuan seorang nabi.
4:20 Nenek moyang kami telah sembahyang di atas bukit ini, maka kata kamu, bahwa Yeruzalem itulah tempat yang patut orang sembahyang."
4:21 Maka kata Yesus kepadanya, "Hai perempuan, percayalah kepada-Ku, bahwa masanya akan datang apabila kamu akan menyembah Bapa itu, bukan di atas bukit ini dan bukan pula di Yeruzalem.
4:22 Memang kamu ini menyembah barang yang tiada kamu ketahui; kami ini menyembah barang yang kami ketahui; karena selamat itu daripada orang Yahudi datangnya.
4:23 Tetapi masanya akan datang, dan sekarang sudah sampai, bahwa segala penyembah yang benar itu akan menyembah Bapa dengan roh dan kebenaran; karena Bapa itu berkenan akan orang yang sedemikian itulah menyembah Dia.
4:24 Allah itu Roh adanya; maka orang yang menyembah Dia, wajiblah menyembah dengan roh dan kebenaran."
4:25 Maka kata perempuan itu kepada-Nya, "Hamba tahu Messias akan datang yang dinamai Kristus; apabila Ia datang, Ia akan mengabarkan segala perkara itu kepada kami."
4:26 Maka kata Yesus kepadanya, "Akulah Dia yang bertutur dengan engkau."
4:27 Pada ketika itu datanglah murid-murid-Nya; maka heranlah mereka itu, sebab Yesus bertutur dengan seorang perempuan. Tetapi seorang pun tiada bertanya, "Apakah Rabbi cari?" Atau, "Apakah Rabbi cakapkan dengan dia?"
4:28 Lalu perempuan itu meninggalkan buyungnya, pergi ke negeri serta berkata kepada segala orang,
4:29 "Marilah lihat, ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu perbuatanku. Bukankah Ia ini Kristus?"
4:30 Maka sekalian orang itu pun pergi ke luar dari negerinya, lalu mendapatkan Yesus.
4:31 Sementara itu dipinta oleh murid-murid-Nya kepada-Nya, katanya, "Ya Guru, silakanlah makan."
4:32 Tetapi kata-Nya kepada mereka itu, "Ada rezeki pada-Ku hendak Kumakan yang kamu tiada ketahui."
4:33 Lalu berkatalah murid-murid itu sama sendirinya, "Adakah orang membawakan Dia makanan?"
4:34 Maka kata Yesus kepada mereka itu, "Adapun rezeki-Ku, yaitu melakukan kehendak Dia, yang menyuruhkan Aku, dan menyempurnakan pekerjaan-Nya.
4:35 Bukankah kamu berkata, bahwa lagi empat bulan musim menuai? Sungguh Aku berkata kepadamu: Angkatlah matamu, pandanglah segala ladang; karena sekarang ini sudah masak semuanya, sedia akan dituai.
4:36 Maka orang yang menuai itu mendapat upah, dan mengumpulkan hasil bagi hidup yang kekal, supaya baik yang menabur, baik yang menuai itu, sama-sama bersukacita.
4:37 Karena di dalam hal inilah sebenar-benar makna pepatah itu: Lain orang menabur, lain orang menuai.
4:38 Akulah menyuruhkan kamu akan menuai barang yang tiada kamu kerjakan; orang lain sudah bekerja, dan kamu pun masuk ke dalam pekerjaannya."
4:39 Maka banyak orang Samaria dari isi negeri itu percaya akan Yesus, oleh sebab kenyataan perempuan itu, katanya, "Ia sudah mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kubuat."
4:40 Serta sampai orang Samaria itu kepada Yesus, dipintanya, supaya Ia tinggal bersama-sama dengan mereka itu; lalu tinggallah Ia di sana dua hari lamanya.
4:41 Maka terlebih banyak lagi orang percaya, karena mendengar perkataan Yesus sendiri.
4:42 Lalu kata mereka itu kepada perempuan itu, "Sekarang kami percaya bukannya oleh sebab tuturanmu sahaja, melainkan kami sendiri sudah mendengar dan mengetahui, bahwa Ia ini sungguhlah Juruselamat dunia ini."
1. Waktu percakapan.
Ayat 6 dalam terjemahan lainnya:
KJV, Now Jacob’s well was there. Jesus therefore, being wearied with his journey, sat thus on the well: and it was about the sixth hour.
NIV, Jacob's well was there, and Jesus, tired as he was from the journey, sat down by the well. It was about the sixth hour.
LAI TB, Di situ terdapat sumur Yakub. Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas.
TR, ην δε εκει πηγη του ιακωβ ο ουν ιησους κεκοπιακως εκ της οδοιποριας εκαθεζετο ουτως επι τη πηγη ωρα ην ωσει εκτη
Translit interlinear, ên {ada} de {dan} ekei {di situ} pêgê {sumur} tou iakôb {yakub} ho oun {lalu} iêsous {Yesus} kekopiakôs {(yang) merasa letih} ek {karena} tês hodoiporias {perjalanan} ekathezeto {duduk} houtôs {saja} epi {dekat} tê pêgê {sumur} hôra {jam} ên hôsei {kira-kira} hektê {ke-enam}
Alkitab
terjemahan bahasa Indonesia tidak menyediakan terjemahan harfiah untuk
ayat 6 diatas, namun dengan tafsiran yang menggunakan ukuran jam
Yahudi.
Ayat diatas mempunyai 2 tafsiran:
-
Penafsir pertama mengatakan, dengan menggunakan pembagian waktu ala
Yahudi maka jam ke-enam itu adalah jam 12 siang (jadi saat panas
matahari terik, sehingga mungkin cocok dengan keadaan Yesus yang sedang
merasa haus dalam perjalanan-Nya itu).
- Penafsir kedua
mengatakan bahwa itu adalah jam ke-enam menurut pembagian waktu Romawi,
sehingga jam ke-enam tersebut adalah jam 6 sore (bandingkan dengan
Yohanes 19:14, di mana Yohanes menggunakan pembagian waktu ala Romawi,
bandingkan pula dengan Yohanes 1:39; 4:6, 52). Kebiasaan menimba air di
tanah Palestina dilakukan pada pagi dan sore hari, tidak dilakukan
tengah hari. Maka ketika Yesus Kristus duduk di sumur Yakub, adalah
pada jam enam sore, bukan jam dua belas siang seperti yang
diterjemahkan dalam Alkitab terjemahan Bahasa Indonesia.
2. Dialog yang unik.
Ayat
7, ada hal yang menarik dalam diri perempuan Samaria ini untuk
dicermati. Kebiasaan mengambil air di kalangan perempuan, biasanya
dilakukan dengan cara berkelompok. Namun perempuan ini mengambil air
sendirian (ini memberikan kemungkinan perempuan ini dikucilkan kaumnya,
karena gaya hidupnya, bandingkan dengan Yohanes 4:18). Tuhan Yesus
menyuruh murid-murid-Nya pergi membeli makanan, mengapa tidak sebagian
murid saja yang pergi membeli makanan, sehingga Ia tidak sendirian pula
disitu. Yesus yang adalah Allah yang Mahatahu, mengetahui apa yang akan
terjadi, dan misi-Nya adalah untuk mengabarkan 'kabar baik' kepada
jiwa-jiwa yang terhilang. Bisa dibayangkan apabila Yesus bersama 12
murid-Nya, sehingga ada rombongan 13 orang Yahudi ada di sekitar sumur
itu, hal demikian bisa-saja membuat perempuan Samaria ini mengurungkan
niatnya untuk mengambil air. Dan selanjutnya tidak akan pernah terjadi
dialog penting antara Yesus dan perempuan Samaria ini.
Perempuan
itu datang ke sumur hendak mengambil air. Ketika Yesus meminta air
kepada perempuan Samaria ini (ayat 7) dengan segera perempuan itu
mengetahui bahwa Yesus adalah orang Yahudi, kemungkinan dari logat atau
cara-bicara-Nya. Pembicaraan Yesus dengan Perempuan Samaria ini
memberikan 'keunikan' dan 'prasangka' yaitu sex dan ras. Yohanes
mencatat jelas ketidak-hadiran murid-murid-Nya dalam percakapan ini yang
menyatakan, dialog itu adalah unik. Seorang Rabbi tidak seharusnya
berbicara di tempat umum dengan seorang perempuan, apalagi perempuan
ini adalah seorang Samaria.
Ayat 9, orang Yahudi tidak bergaul
dengan orang Samaria (NIV menterjemahkan dengan 'tidak dipersatukan').
Contohnya, piring yang setelah dipergunakan oleh orang Samaria,
walaupun sudah dicuci-pun tidak boleh dipakai lagi oleh orang Yahudi.
Sedemikian hebatnya keterpisahan 2 ras ini. Maka dalam kasus ini
seharusnya Yesus tidak menggunakan timba yang sama dengan orang Samaria
untuk mengambil air minum (D Daube, The New Testamen and Rabinic Judaism, p 375-382). Sejarah mencatat +
722 sM Israel dikalahkan oleh Asyur (2 Raja-raja 17). Orang Israel
terganggu dengan kawin-campur yang menghasilkan orang-orang blasteran
Samaria. Selanjutnya orang Israel antipati dengan orang Samaria (2
Raja-Raja 17:26,29) yang dari perkawinan kalangan yang melakukan kawin
campur, melakukan ibadah yang 'blasteran' pula. Ezra pasal 4, kalangan
Samaria membangun Bait Allah sendiri (+
400 sM) dengan menggunakan kitab tersendiri (Samaritan Pentateuch, yang
sedikit berbeda dengan Pentateuch Yahudi, misalnya pada Ulangan 27:4,
Gunung Ebal menjadi Gunung Gerizim). Namun, pelayanan Yesus, adalah
pelayanan yang menembus batas-batas ras. Bagi Yesus, baik Samaritanisme
maupun Yudaisme perlu dikoreksi, keduanya perlu diperbaharui.
3. Kepuasan Kebutuhan.
3. Kepuasan Kebutuhan.
Ayat
8-12 Yesus membuka percakapan dengan perempuan itu dengan menggunakan
kebutuhan jasmani-Nya untuk minta minum, perempuan itu mempertanyakan
posisi hubungan kedua ras yang berseberangan. Di dalam tanggapan-Nya,
Yesus kemudian meninggalkan kebutuhan-Nya sendiri dan menunjukkan bahwa
perempuan itu mempunyai kebutuhan yang lebih mendalam, yaitu kebutuhan
yang dapat dipenuhi oleh Tuhan Yesus Kristus menyatakan dirinya adalah
sumber 'air hidup' (bandingkan dengan Yohanes 7:37-39). Namun perempuan
ini kemudian menjadi bingung sebab pola pikirnya adalah masih tertuju
pada air yang ada dalam sumur itu, dan menganggap Yesus tidak bisa
memberinya air karena Ia tidak membawa timba. Apabila Yesus dapat
memberinya air itu, menurutnya Yesus lebih besar dari Yakub.
Ayat
13-14, Yesus mengutarakan perbedaan air yang menghilangkan haus untuk
sementara dan yang menghilangkan haus secara terus-menerus. Yang
terakhir tentu lebih baik sebab bisa membawa kepada kehidupan yang
kekal. Yesus telah membedakan perkara duniawi dan rohani tentang 'air'
ini. Air hidup yang melimpah (ayat 14b). Dan air hidup itu adalah Roh Kudus (Yohanes 7:39; Yesaya 44:3; Yoel 2:28 ).
Namun
perempuan ini tetap tidak mengerti karena ia hanya membayangkan
kemungkinan ia tidak perlu lagi susah-susah datang ke sumur Yakub itu
untuk menimba air. Kemudian Yesus mengarahkan perempuan itu kepada
kebutuhannya yang lebih pribadi. Ayat 16, Yesus menyuruh perempuan itu
untuk memanggil suaminya. Karena telah melalui introduksi dialog yang
baik, dimana perempuan itu sudah merasa 'tidak dilecehkan' secara ras,
perempuan inipun menjadi 'tidak tersinggung' atau merasa 'dihakimi'
karena gaya hidupnya, ia mengatakan 'aku tidak mempunyai suami',
Yesuspun dengan cepat menjawab "Tepat
katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami, sebab engkau sudah
mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu.
Dalam hal ini engkau berkata benar" (ayat 17-18 ). Sejarah
perkawinan yang suram dari perempuan ini dibongkar oleh penerobosan
Yesus dan pengakuan perempuan itu sendiri. Mungkin setidaknya ada 5
perceraian terdahulu dan 1 hubungan haram yang dilakukannya sekarang.
Pengetahuan Yesus akan latar-belakang kehidupannya, dan kemampuan-Nya
membaca jiwa, membuat perempuan ini takjub. Bagi perempuan ini, seorang
lelaki yang sebelumnya ia panggil 'Tuan' (Yunani, 'Kurie', dari kata 'Kurios' ), kini menurutnya adalah seorang nabi (Ayat 19).
Seorang
yang sangat berdosa (seperti perempuan ini) bisa memberikan respons
yang sangat baik terhadap suatu pengajaran. Orang yang sangat berdosa
ini justru yang sangat memerlukan pertolongan. Berbeda dengan orang
yang merasa dirinya suci, merasa tahu Firman, kadang mereka justru
susah sekali menerima pembukaan pengajaran dari Firman Allah.
Mengapa perempuan ini memilih kehidupan yang demikian? Apakah ini pilihannya? Apakah hal itu wujud dari ketidak-puasan?.
Survey BKKBN 2003 mencatat, sebagian besar kalangan remaja (berusia 15-24 tahun) telah kehilangan keperawanannya. Dalam berpacaran, mereka tidak lagi 'sekadar' berpegangan tangan, berpelukan, berciuman tetapi juga telah berhubungan seksual, sebuah aktivitas yang sesungguhnya 'hak milik' bagi yang sudah menikah. Survey tersebut juga mengatakan bahwa, seorang remaja putri yang hilang keperawanannya pada masa SMA, kemudian masuk ke universitas sebagai mahasiswi, ia akan segera mencari pacar lagi dan kemudian juga melakukan hubungan seksual pra-nikah, namun biasanya mereka juga tidak mendapatkan kepuasan, dimana di pihak remaja lelaki merasa mendapat ‘sisa’ dan si remaja putri mempunyai konflik lain bahwa ia merasa sudah dicampakkan, dia akan terus mencari lelaki yang mempunyai kasih yang tulus kepada dirinya, namun tubuhnya selalu menjadi kendala. Konflik ketidak-puasan seksual ini ada di segala golongan. Sebuah survey yang dulu meneliti, seorang lelaki yang sudah menikah akan mempunyai WIL pada usia perkawinannya yang ke-10, hasil survey selanjutnya mengatakan lelaki akan mempunyai WIL pada usia perkawinannya yang ke-5. Pengambilan sikap seperti ini apakah sebuah pilihan? Betulkah yang dicari bapak-bapak muda ini adalah kepuasan karena istrinya tidak memenuhi kriteria kebutuhan suami?. Seorang muda (entah laki-laki atau perempuan) yang bersedia menjadi 'simpanan' orang yang sudah menikah dengan alasan ekonomi, walaupun pada akhirnya kebutuhannya terpenuhi secara materi, mereka juga tidak merasa puas.
Dalam kasus lain, misalnya, seorang yang bermimpi menjadi artis dan kemudian benar-benar menjadi 'public-figure' menjadi penyanyi/bintang film terkenal, sering juga tidak tahan terhadap tekanan hidup sebagai artis, dan pada akhirnya tidak merasa puas pula.
Kasus korupsi, menunjukkan bahwa uang dan harta tidak akan pernah cukup. Betulkah orang yang korupsi adalah karena 'kepepet' saja?. Seorang yang kaya-pun tidak akan pernah merasa puas dengan jumlah hartanya. Para konglomerat gereja tidak akan merasa puas dengan perkembangan/ ekspansi gerejanya, buka cabang di mana-mana, dengan berbagai strategi marketing menggaruk banyak jemaat, Sehingga lebih suka 'menginjili' sesama Kristen sendiri untuk berpindah gereja, ketimbang menginjili orang yang benar-benar belum mengenal dan memerlukan Kristus. Mereka juga tidak akan pernah merasa puas terhadap kebesaran gerejanya, jikalau semuanya didasarkan atas keinginan duniawi berkedok rohani, menggaruk uang, dan bukan berlandaskan kasih Kristus sebagai penyelamat jiwa-jiwa. Karena ketidak-puasan ini bahkan mereka rela 'bertengkar' sesama hamba Tuhan, menjadi pecah dalam berbagai-bagai denominasi. Dan di Indonesia meskipun agamanya minoritas, tapi merupakan negara yang paling banyak denominasinya.
Survey BKKBN 2003 mencatat, sebagian besar kalangan remaja (berusia 15-24 tahun) telah kehilangan keperawanannya. Dalam berpacaran, mereka tidak lagi 'sekadar' berpegangan tangan, berpelukan, berciuman tetapi juga telah berhubungan seksual, sebuah aktivitas yang sesungguhnya 'hak milik' bagi yang sudah menikah. Survey tersebut juga mengatakan bahwa, seorang remaja putri yang hilang keperawanannya pada masa SMA, kemudian masuk ke universitas sebagai mahasiswi, ia akan segera mencari pacar lagi dan kemudian juga melakukan hubungan seksual pra-nikah, namun biasanya mereka juga tidak mendapatkan kepuasan, dimana di pihak remaja lelaki merasa mendapat ‘sisa’ dan si remaja putri mempunyai konflik lain bahwa ia merasa sudah dicampakkan, dia akan terus mencari lelaki yang mempunyai kasih yang tulus kepada dirinya, namun tubuhnya selalu menjadi kendala. Konflik ketidak-puasan seksual ini ada di segala golongan. Sebuah survey yang dulu meneliti, seorang lelaki yang sudah menikah akan mempunyai WIL pada usia perkawinannya yang ke-10, hasil survey selanjutnya mengatakan lelaki akan mempunyai WIL pada usia perkawinannya yang ke-5. Pengambilan sikap seperti ini apakah sebuah pilihan? Betulkah yang dicari bapak-bapak muda ini adalah kepuasan karena istrinya tidak memenuhi kriteria kebutuhan suami?. Seorang muda (entah laki-laki atau perempuan) yang bersedia menjadi 'simpanan' orang yang sudah menikah dengan alasan ekonomi, walaupun pada akhirnya kebutuhannya terpenuhi secara materi, mereka juga tidak merasa puas.
Dalam kasus lain, misalnya, seorang yang bermimpi menjadi artis dan kemudian benar-benar menjadi 'public-figure' menjadi penyanyi/bintang film terkenal, sering juga tidak tahan terhadap tekanan hidup sebagai artis, dan pada akhirnya tidak merasa puas pula.
Kasus korupsi, menunjukkan bahwa uang dan harta tidak akan pernah cukup. Betulkah orang yang korupsi adalah karena 'kepepet' saja?. Seorang yang kaya-pun tidak akan pernah merasa puas dengan jumlah hartanya. Para konglomerat gereja tidak akan merasa puas dengan perkembangan/ ekspansi gerejanya, buka cabang di mana-mana, dengan berbagai strategi marketing menggaruk banyak jemaat, Sehingga lebih suka 'menginjili' sesama Kristen sendiri untuk berpindah gereja, ketimbang menginjili orang yang benar-benar belum mengenal dan memerlukan Kristus. Mereka juga tidak akan pernah merasa puas terhadap kebesaran gerejanya, jikalau semuanya didasarkan atas keinginan duniawi berkedok rohani, menggaruk uang, dan bukan berlandaskan kasih Kristus sebagai penyelamat jiwa-jiwa. Karena ketidak-puasan ini bahkan mereka rela 'bertengkar' sesama hamba Tuhan, menjadi pecah dalam berbagai-bagai denominasi. Dan di Indonesia meskipun agamanya minoritas, tapi merupakan negara yang paling banyak denominasinya.
4. Air Hidup.
* Yohanes 7:37-39
7:37 Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru: "Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum!
7:38 Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup."
7:39 Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan.
7:37 Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru: "Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum!
7:38 Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup."
7:39 Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan.
Untuk
memperoleh air hidup ini, seseorang harus "meminumnya". Tindakan minum
ini bukanlah suatu tindakan sesaat yang satu kali saja, namun suatu
tindakan minum yang bertahap-tahap dan berkali-kali. Kata "minum"
ditulis dalam bahasa Yunani 'pinetô',
dalam betuk imperatif masa kini yang berarti suatu tindakan yang
berkesinambungan atau berulang-ulang yang menyatakan bahwa : Meminum
air hidup, menuntut persekutuan terus-menerus dengan sumbernya, yaitu
Yesus Kristus sendiri. Tidak seorang pun bisa meminum air hidup apabila
hubungannya terputus dengan sumber itu. Orang-orang seperti itu akan
menjadi seperti "mata air yang kering" seperti yang dikatakan Petrus
dalam ayat ini :
* 2 Petrus 2:17
"Guru-guru palsu itu adalah seperti mata air yang kering, seperti kabut yang dihalaukan taufan; bagi mereka telah tersedia tempat dalam kegelapan yang paling dahsyat."
"Guru-guru palsu itu adalah seperti mata air yang kering, seperti kabut yang dihalaukan taufan; bagi mereka telah tersedia tempat dalam kegelapan yang paling dahsyat."
Dalam kasus perempuan Samaria
ini, ia telah menerima 'stigma buruk' sebagai 'perempuan yang nggak
bener' sehingga iapun tidak memiliki 'teman' sesama perempuan untuk
mengambil air, ke-6 laki-laki yang telah bersamanya mungkin juga belum
memberikannya kepuasan. 'Air Sumur' adalah simbol dari hal-hal duniawi,
yang hanya akan memberi kesegaran sementara. Namun 'Air Hidup' akan
menyegarkan secara terus-menerus yaitu Roh Kudus
di dalam orang-orang percaya. Perempuan ini mengalami perubahan segera
setelah Yesus berbicara tentang masalah kehidupan pribadinya. Perubahan
sejati adalah tahu akan dosa, sadar akan dosa dan meninggalkan dosa.
Respon perubahan dari diri perempuan ini memberikannya keberanian untuk
memberitakan berita baik pada orang-orang banyak yang ditulis pada
ayat-ayat selanjutnya.
Sebaliknya marilah kita selidiki hati
kita sendiri seberapa rohani hati kita?, dapatkah kita mampu memiliki
segala sesuatu yang sifatnya duniawi namun tidak menjadi duniawi?. Jika
diri kita dikuasai oleh daging, maka akan menimbulkan
keinginan-keinginan daging. Sebaliknya jika hidup kita dikuasai Roh,
maka akan menghasilkan buah-buah Roh (Galatia 5:22-23). Air hidup
memberikan keselamatan dan kesegaran (kepuasan) rohani. Konsep
kekekalan ini mengokohkan kita sebagai umat percaya.
5. Ibadah dalam Roh.
Ayat
20 Penyebutan soal tempat ibadah/ kiblat (di Gunung Gerizim, yang
merupakan tempat ibadah tandingan pada ibadah kalangan Yahudi di
Yerusalem), mungkin merupakan usaha perempuan ini 'mengalihkan
perhatian' dari masalah moral menuju kepada masalah agamawi, yaitu
perbedaan antara ibadah orang Samaria dan orang Yahudi, mungkin dia
merasa 'tidak nyaman' dosanya diungkapkan. Atau mungkin juga sebagai
wujud kerinduan hati untuk mengenal Allah lebih dalam. Tetapi, apapun
kemungkinannya, kita bisa mendapatkan pengajaran yang baik dari dialog
itu. Yesus, menjawab dengan penuh sopan, bahwa memang saat itu ada
perbedaan cara-cara ibadah dari ke-2 ras itu. Namun Ia menyatakan "Saatnya akan tiba" bahwa di dalam tatanan baru dengan kehadiran Kristus ini para penyembah tidak dipengaruhi oleh tempat/lokasi ibadah, tidak ada kiblat tertentu harus di Yerusalem ataupun di Gunung Gerizim, sehingga perdebatan mengenai perbedaan tempat sama sekali tidak perlu (ayat 21).
Ayat 22, Hal yang lebih penting adalah mengenai sasaran ibadah, Ibadah orang-orang Samaria adalah ibadah yang kacau alias 'blasteran dengan kebiasaan kafir' (bandingkan dengan 2 Raja-raja 17:33). Meskipun mereka menerima ke-5 kitab Musa, namun mereka tidak menyembah Allah yang benar (2 Raja-raja 17:29). Maka, tentang hal ini, orang Yahudi lebih unggul daripada orang Samaria dalam pengertian rohaninya. Yesus berkata "Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi." (bandingkan dengan Roma 9:5). Orang Samaria membatasi dirinya pada kitab Pentateukh saja. Dan sebagai kelanjutannya Yesus menjelaskan sistem penyembahan yang universal, yang dilakukan oleh para penyembah-penyembah sejati dan tidak dibatasi oleh lokasi/tempat. Karena penyembah-penyebah sejati menyembah Allah di dalam Roh dan kebenaran Roh. Sebab Allah itu Roh (ayat 24). Pengertian Allah itu Roh, bukanlah hal yang asing dalam pengertian Yudaisme, tetapi Yesus menekankan bahwa penyembah-Nya pun harus selaras dengan yang disembah. Formalitas ibadah keagamaan tidak akan menyentuh apa-apa jika dilakukan tanpa "Roh". Betapa banyak dari kita mengetahui hal-hal yang jahat yang dilarang oleh Alkitab, toh kita melakukannya juga baik secara tersembunyi maupun secara kasat mata, bukan?.
Ayat 25-26, Perempuan itu menyinggung tentang datangnya Mesias yang mungkin dilandaskan dari kitab pentateukhnya yaitu Ulangan 18:15-18 yang diterima oleh orang Samaria sebagai kitab suci mereka, yaitu tentang hadirnya nabi yang paling unggul. Yesus dengan pasti mengatakan dengan kalimat ilahian dalam ayat 26 "Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau" (dalam bahasa asli Yunani, kata "akulah Dia" diterjemahkan dari kata "EGÔ EIMI", frasa ini begitu penting mengkontraskan terhadap apa yang sudah dikatakan Yesus dalam ayat 20, dalam ayat 26 ini Yesus Kristus menyatakan bahwa Dia-lah Kiblat itu!. Dan tidak ada keseganan pada saat itu, pada saat Yesus mengaku bahwa Dialah Mesias itu, sekalipun Injil-injil Sinoptik sering mencatat keseganan demikian. Tidak ada kekuatiran akan akibat-akibat politis ketika Yesus Kristus bersama orang Samaria ketimbang jika Dia berada di kalangan Yahudi. Hal ini cukup menerangkan pendekatan yang berbeda ini. Di sini ditemukan penyataan pribadi dari Mesias kepada seorang yang memiliki suatu pengharapan akan kebenaran.
Kemudian percakapan tersebut terhenti dengan kedatangan para murid yang keheranan bahwa Yesus 'melanggar' kebiasaan dengan berbicara dengan seorang perempuan (lihat ayat 9). Tetapi rasa hormat kepada Sang Guru, membuat mereka tidak berani bertanya terang-terangan. Pada saat yang sama, terlihat jelas hasil dari berita Injil yang disampaikan pada perempuan mantan pendosa itu, dimana dia telah diperbaharui, ia meninggalkan tempayannya itu karena ia telah memiliki air hidup, dan ia langsung menyampaikan berita rohani kepada orang-orang lain dari kota itu dan bersaksi tentang pengalamannya yang menggetarkan tentang perjumpaannya dengan Kristus. Ayat 30 tampak jelas orang-orang lain yang mendengar terkesan, dan pergi bersama perempuan itu pergi ke sumur Yakub dan berjumpa dengan Yesus.
Ayat 31-38 para murid mendesak Yesus untuk makan, hal ini merupakan lanjutan dari ajaran Yesus tentang hal-hal rohaniah. "Pada-Ku ada makanan yang tidak kamu kenal", kedua kata ganti "Aku" dan "kamu", menyatakan perbedaan besar antara Yesus dan murid-murid-Nya. Namun para murid berpikir mungkin sudah ada orang yang memberikan makanan kepada-Nya, menjawab hal ini Yesus kembali menerangkan "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya". Prinsip yang dijelaskan di sini adalah, berbuat sesuai kehendak Allah itu harus mendahului makanan jasmani (kebutuhan-kebutuhan jasmani). Kemudian Yesus memberikan kiasan tentang masa tuaian, benih sudah ditabur oleh-Nya melalui pemberitaan Injil kepada satu perempuan dan pekerjaan menabur akan Yesus lakukan hingga pekerjaa-Nya selesai (bandingkan dengan Yohanes 17:4; 19:30). 4 bulan adalah gambaran normal masa penantian panen, tetapi dengan segera para murid dapat melihat hasil tuaian yang sudah menguning (orang-orang Samaria yang datang) dari hasil penaburan-Nya itu. "Penuai telah menerima upahnya dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal" (ayat 36) Yesus menerangkan ilustrasi-Nya dengan menunjukkan sebuah prinsip rohani, bahwa penuai patut menerima upah, "Aku mengutus kamu untuk menuai", Yesus mengingatkan bahwa mereka harus menyelesaikan pekerjaan menabur yang sudah dilakukan-Nya kepada perempuan itu, dan perempuan itupun juga menabur benih keselamatan kepada orang-orang lainnya.
Ayat 22, Hal yang lebih penting adalah mengenai sasaran ibadah, Ibadah orang-orang Samaria adalah ibadah yang kacau alias 'blasteran dengan kebiasaan kafir' (bandingkan dengan 2 Raja-raja 17:33). Meskipun mereka menerima ke-5 kitab Musa, namun mereka tidak menyembah Allah yang benar (2 Raja-raja 17:29). Maka, tentang hal ini, orang Yahudi lebih unggul daripada orang Samaria dalam pengertian rohaninya. Yesus berkata "Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi." (bandingkan dengan Roma 9:5). Orang Samaria membatasi dirinya pada kitab Pentateukh saja. Dan sebagai kelanjutannya Yesus menjelaskan sistem penyembahan yang universal, yang dilakukan oleh para penyembah-penyembah sejati dan tidak dibatasi oleh lokasi/tempat. Karena penyembah-penyebah sejati menyembah Allah di dalam Roh dan kebenaran Roh. Sebab Allah itu Roh (ayat 24). Pengertian Allah itu Roh, bukanlah hal yang asing dalam pengertian Yudaisme, tetapi Yesus menekankan bahwa penyembah-Nya pun harus selaras dengan yang disembah. Formalitas ibadah keagamaan tidak akan menyentuh apa-apa jika dilakukan tanpa "Roh". Betapa banyak dari kita mengetahui hal-hal yang jahat yang dilarang oleh Alkitab, toh kita melakukannya juga baik secara tersembunyi maupun secara kasat mata, bukan?.
Ayat 25-26, Perempuan itu menyinggung tentang datangnya Mesias yang mungkin dilandaskan dari kitab pentateukhnya yaitu Ulangan 18:15-18 yang diterima oleh orang Samaria sebagai kitab suci mereka, yaitu tentang hadirnya nabi yang paling unggul. Yesus dengan pasti mengatakan dengan kalimat ilahian dalam ayat 26 "Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau" (dalam bahasa asli Yunani, kata "akulah Dia" diterjemahkan dari kata "EGÔ EIMI", frasa ini begitu penting mengkontraskan terhadap apa yang sudah dikatakan Yesus dalam ayat 20, dalam ayat 26 ini Yesus Kristus menyatakan bahwa Dia-lah Kiblat itu!. Dan tidak ada keseganan pada saat itu, pada saat Yesus mengaku bahwa Dialah Mesias itu, sekalipun Injil-injil Sinoptik sering mencatat keseganan demikian. Tidak ada kekuatiran akan akibat-akibat politis ketika Yesus Kristus bersama orang Samaria ketimbang jika Dia berada di kalangan Yahudi. Hal ini cukup menerangkan pendekatan yang berbeda ini. Di sini ditemukan penyataan pribadi dari Mesias kepada seorang yang memiliki suatu pengharapan akan kebenaran.
Kemudian percakapan tersebut terhenti dengan kedatangan para murid yang keheranan bahwa Yesus 'melanggar' kebiasaan dengan berbicara dengan seorang perempuan (lihat ayat 9). Tetapi rasa hormat kepada Sang Guru, membuat mereka tidak berani bertanya terang-terangan. Pada saat yang sama, terlihat jelas hasil dari berita Injil yang disampaikan pada perempuan mantan pendosa itu, dimana dia telah diperbaharui, ia meninggalkan tempayannya itu karena ia telah memiliki air hidup, dan ia langsung menyampaikan berita rohani kepada orang-orang lain dari kota itu dan bersaksi tentang pengalamannya yang menggetarkan tentang perjumpaannya dengan Kristus. Ayat 30 tampak jelas orang-orang lain yang mendengar terkesan, dan pergi bersama perempuan itu pergi ke sumur Yakub dan berjumpa dengan Yesus.
Ayat 31-38 para murid mendesak Yesus untuk makan, hal ini merupakan lanjutan dari ajaran Yesus tentang hal-hal rohaniah. "Pada-Ku ada makanan yang tidak kamu kenal", kedua kata ganti "Aku" dan "kamu", menyatakan perbedaan besar antara Yesus dan murid-murid-Nya. Namun para murid berpikir mungkin sudah ada orang yang memberikan makanan kepada-Nya, menjawab hal ini Yesus kembali menerangkan "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya". Prinsip yang dijelaskan di sini adalah, berbuat sesuai kehendak Allah itu harus mendahului makanan jasmani (kebutuhan-kebutuhan jasmani). Kemudian Yesus memberikan kiasan tentang masa tuaian, benih sudah ditabur oleh-Nya melalui pemberitaan Injil kepada satu perempuan dan pekerjaan menabur akan Yesus lakukan hingga pekerjaa-Nya selesai (bandingkan dengan Yohanes 17:4; 19:30). 4 bulan adalah gambaran normal masa penantian panen, tetapi dengan segera para murid dapat melihat hasil tuaian yang sudah menguning (orang-orang Samaria yang datang) dari hasil penaburan-Nya itu. "Penuai telah menerima upahnya dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal" (ayat 36) Yesus menerangkan ilustrasi-Nya dengan menunjukkan sebuah prinsip rohani, bahwa penuai patut menerima upah, "Aku mengutus kamu untuk menuai", Yesus mengingatkan bahwa mereka harus menyelesaikan pekerjaan menabur yang sudah dilakukan-Nya kepada perempuan itu, dan perempuan itupun juga menabur benih keselamatan kepada orang-orang lainnya.
Ayat
39-42, banyak orang menjadi percaya kepada Tuhan dari kesaksian
perempuan itu, dan Yesus setuju tinggal di tangah mereka selama 2 hari.
Dan sepanjang 2 hari tersebut banyak orang menjadi percaya bahwa Yesus
adalah Juruselamat dunia, adalah suatu jabatan yang universal baik
kepada bangsa Yahudi orang Samaria maupun bangsa-bangsa lainnya.
Penutup & Aplikasi:
Yohanes
4 adalah kisah penyelamatan yang begitu lengkap, dibanding kisah-kisah
lain yang tertulis dalam kitab-kitab Injil. Karena menyangkut banyak
pihak dan banyak aspek : hadirnya seorang penyelamat dan pendosa, sikap
para murid, jiwa-jiwa baru akibat berita Injil; perbedaan gender dan
ras; perbedaan cara ibadah yang dilanjut dengan keseragaman ibadah
secara roh yang selaras dengan Allah yang adalah Roh yang tanpa ada
keterbatasan lokasi, dan keuniversalan karya keselamatan.
Seorang pendosa, betapapun buruknya, ia tetap bisa menjadi saluran berkat keselamatan bagi banyak orang, perempuan Samaria ini sudah membuktikannya. Dengan air hidup, ia telah dipuaskan, dan kembali pula ia memancarkan kasih-karunia itu kepada orang-orang lain. Yesus 'memakai' seorang dari kaum yang dianggap lemah, kaum yang gampang dilecehkan, sehingga sampai sekarangpun di negara Indonesia ini, beberapa kalangan fundamentalis di negara ini merasa perlu membuat undang-undang untuk memberangus keberadaannya, menganggap perempuan adalah biangnya kemaksiatan. Namun dari kisah ini, seorang yang menerima 'cap-buruk', seorang perempuan yang dipandang beberapa kalangan lebih rendah dari laki-laki, dia telah menjadi seorang pengabar Injil yang dasyat, kesederhanaan imannya mampu menggiring orang-orang lain untuk datang kepada Yesus. Dari pembaharuan yang diperolehnya dari Injil yang disampaikan Yesus itu, ia tidak lagi dibelenggu kesalahan dan dosanya pada masa lalu, ia telah mejadi manusia baru, menjadi penyembah rohani yang tidak terbatas lokasi, gender dan ras, ia mengabarkan pula kepada orang-orang lain untuk menjadi penyembah rohani yang sama dengan dirinya dan datang kepada Yesus untuk diselamatkan. Amin
Seorang pendosa, betapapun buruknya, ia tetap bisa menjadi saluran berkat keselamatan bagi banyak orang, perempuan Samaria ini sudah membuktikannya. Dengan air hidup, ia telah dipuaskan, dan kembali pula ia memancarkan kasih-karunia itu kepada orang-orang lain. Yesus 'memakai' seorang dari kaum yang dianggap lemah, kaum yang gampang dilecehkan, sehingga sampai sekarangpun di negara Indonesia ini, beberapa kalangan fundamentalis di negara ini merasa perlu membuat undang-undang untuk memberangus keberadaannya, menganggap perempuan adalah biangnya kemaksiatan. Namun dari kisah ini, seorang yang menerima 'cap-buruk', seorang perempuan yang dipandang beberapa kalangan lebih rendah dari laki-laki, dia telah menjadi seorang pengabar Injil yang dasyat, kesederhanaan imannya mampu menggiring orang-orang lain untuk datang kepada Yesus. Dari pembaharuan yang diperolehnya dari Injil yang disampaikan Yesus itu, ia tidak lagi dibelenggu kesalahan dan dosanya pada masa lalu, ia telah mejadi manusia baru, menjadi penyembah rohani yang tidak terbatas lokasi, gender dan ras, ia mengabarkan pula kepada orang-orang lain untuk menjadi penyembah rohani yang sama dengan dirinya dan datang kepada Yesus untuk diselamatkan. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar