Minggu, 10 Juni 2012

Renungan = Percakapan Dengan Perempuan Samaria

YESUS DAN PEREMPUAN SAMARIA

* Yohanes 4:1-42 (Terjemahan Lama)


4:1 Setelah Yesus mengetahui sebagaimana yang orang Farisi sudah mendengar bahwa Yesus itu memperoleh lebih banyak murid dan membaptiskan orang lebih banyak daripada Yahya,
4:2 (meskipun Yesus sendiri tiada membaptiskan orang, melainkan murid-murid-Nya membaptiskan),
4:3 ditinggalkan-Nyalah tanah Yudea, serta berangkat kembali pula ke Galilea.
4:4 Tetapi haruslah Ia melalui tanah Samaria.
4:5 Lalu datanglah Ia ke sebuah negeri di Samaria, bernama Sikhar, dekat sebidang tanah, yang dahulu telah diberikan oleh Yakub kepada Yusuf, anaknya itu.
4:6 Maka di situlah perigi Yakub. Maka Yesus, sebab penat berjalan, segeralah duduk di sisi perigi itu, yaitu kira-kira pukul dua belas tengah hari.
4:7 Maka datanglah seorang orang perempuan Samaria hendak mencedok air; maka kata Yesus kepadanya, "Aku minta minum."
4:8 Karena murid-murid-Nya sudah pergi ke dalam negeri membeli makanan.
4:9 Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya, "Masakan Tuan, seorang Yahudi, meminta minum daripada sahaya, seorang orang perempuan Samaria?" Karena orang Yahudi memang tiada beramah-ramahan dengan orang Samaria.
4:10 Maka jawab Yesus serta berkata kepadanya, "Jikalau engkau mengetahui akan anugerah Allah dan akan siapa yang berkata kepadamu, Aku minta minum, tak dapat tiada engkau pun sudah meminta kepada-Nya, maka sudahlah Ia memberi air yang hidup kepadamu."
4:11 Maka kata perempuan itu kepada-Nya, "Ya Tuan, Tuan tidak ada barang sesuatu buat timba, sedang perigi ini dalam; dari manakah Tuan peroleh air yang hidup itu?
4:12 Masakan Tuan lebih besar daripada Yakub, moyang kami, yang telah memberikan perigi ini kepada kami, maka ia sendiri minum daripadanya, dan anak-anaknya dan sekalian kawan binatang hidup-hidupannya?"
4:13 Maka jawab Yesus serta berkata kepadanya, "Barangsiapa yang minum air ini, ia akan dahaga pula;
4:14 tetapi barangsiapa yang minum air itu yang akan Kuberikan kepadanya, tiadalah ia akan dahaga selama-lamanya, karena air yang Aku berikan kepadanya itu, akan menjadi di dalamnya suatu mata air yang memancar sampai kepada hidup yang kekal."
4:15 Maka kata perempuan itu kepada-Nya, "Ya Tuan, berilah hamba air itu, supaya jangan kiranya hamba dahaga dan tak usah lagi hamba datang ke mari mencedok air."
4:16 Maka kata Yesus kepadanya, "Pergilah panggil lakimu, lalu datang ke mari."
4:17 Maka sahut perempuan itu, katanya, "Hamba tiada berlaki." Maka kata Yesus kepadanya, "Benarlah katamu, hamba tiada berlaki;
4:18 karena lima orang sudah jadi lakimu, dan yang sekarang ada padamu, itulah memang bukan lakimu. Benarlah katamu itu."
4:19 Lalu kata perempuan itu kepada-Nya, "Wah Tuan, hamba rasa, Tuan seorang nabi.
4:20 Nenek moyang kami telah sembahyang di atas bukit ini, maka kata kamu, bahwa Yeruzalem itulah tempat yang patut orang sembahyang."
4:21 Maka kata Yesus kepadanya, "Hai perempuan, percayalah kepada-Ku, bahwa masanya akan datang apabila kamu akan menyembah Bapa itu, bukan di atas bukit ini dan bukan pula di Yeruzalem.
4:22 Memang kamu ini menyembah barang yang tiada kamu ketahui; kami ini menyembah barang yang kami ketahui; karena selamat itu daripada orang Yahudi datangnya.
4:23 Tetapi masanya akan datang, dan sekarang sudah sampai, bahwa segala penyembah yang benar itu akan menyembah Bapa dengan roh dan kebenaran; karena Bapa itu berkenan akan orang yang sedemikian itulah menyembah Dia.
4:24 Allah itu Roh adanya; maka orang yang menyembah Dia, wajiblah menyembah dengan roh dan kebenaran."
4:25 Maka kata perempuan itu kepada-Nya, "Hamba tahu Messias akan datang yang dinamai Kristus; apabila Ia datang, Ia akan mengabarkan segala perkara itu kepada kami."
4:26 Maka kata Yesus kepadanya, "Akulah Dia yang bertutur dengan engkau."
4:27 Pada ketika itu datanglah murid-murid-Nya; maka heranlah mereka itu, sebab Yesus bertutur dengan seorang perempuan. Tetapi seorang pun tiada bertanya, "Apakah Rabbi cari?" Atau, "Apakah Rabbi cakapkan dengan dia?"
4:28 Lalu perempuan itu meninggalkan buyungnya, pergi ke negeri serta berkata kepada segala orang,
4:29 "Marilah lihat, ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu perbuatanku. Bukankah Ia ini Kristus?"
4:30 Maka sekalian orang itu pun pergi ke luar dari negerinya, lalu mendapatkan Yesus.
4:31 Sementara itu dipinta oleh murid-murid-Nya kepada-Nya, katanya, "Ya Guru, silakanlah makan."
4:32 Tetapi kata-Nya kepada mereka itu, "Ada rezeki pada-Ku hendak Kumakan yang kamu tiada ketahui."
4:33 Lalu berkatalah murid-murid itu sama sendirinya, "Adakah orang membawakan Dia makanan?"
4:34 Maka kata Yesus kepada mereka itu, "Adapun rezeki-Ku, yaitu melakukan kehendak Dia, yang menyuruhkan Aku, dan menyempurnakan pekerjaan-Nya.
4:35 Bukankah kamu berkata, bahwa lagi empat bulan musim menuai? Sungguh Aku berkata kepadamu: Angkatlah matamu, pandanglah segala ladang; karena sekarang ini sudah masak semuanya, sedia akan dituai.
4:36 Maka orang yang menuai itu mendapat upah, dan mengumpulkan hasil bagi hidup yang kekal, supaya baik yang menabur, baik yang menuai itu, sama-sama bersukacita.
4:37 Karena di dalam hal inilah sebenar-benar makna pepatah itu: Lain orang menabur, lain orang menuai.
4:38 Akulah menyuruhkan kamu akan menuai barang yang tiada kamu kerjakan; orang lain sudah bekerja, dan kamu pun masuk ke dalam pekerjaannya."
4:39 Maka banyak orang Samaria dari isi negeri itu percaya akan Yesus, oleh sebab kenyataan perempuan itu, katanya, "Ia sudah mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kubuat."
4:40 Serta sampai orang Samaria itu kepada Yesus, dipintanya, supaya Ia tinggal bersama-sama dengan mereka itu; lalu tinggallah Ia di sana dua hari lamanya.
4:41 Maka terlebih banyak lagi orang percaya, karena mendengar perkataan Yesus sendiri.
4:42 Lalu kata mereka itu kepada perempuan itu, "Sekarang kami percaya bukannya oleh sebab tuturanmu sahaja, melainkan kami sendiri sudah mendengar dan mengetahui, bahwa Ia ini sungguhlah Juruselamat dunia ini."

1. Waktu percakapan.


Ayat 6 dalam terjemahan lainnya:

KJV, Now Jacob’s well was there. Jesus therefore, being wearied with his journey, sat thus on the well: and it was about the sixth hour.
NIV, Jacob's well was there, and Jesus, tired as he was from the journey, sat down by the well. It was about the sixth hour.
LAI TB, Di situ terdapat sumur Yakub. Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas.
TR, ην δε εκει πηγη του ιακωβ ο ουν ιησους κεκοπιακως εκ της οδοιποριας εκαθεζετο ουτως επι τη πηγη ωρα ην ωσει εκτη
Translit interlinear, ên {ada} de {dan} ekei {di situ} pêgê {sumur} tou iakôb {yakub} ho oun {lalu} iêsous {Yesus} kekopiakôs {(yang) merasa letih} ek {karena} tês hodoiporias {perjalanan} ekathezeto {duduk} houtôs {saja} epi {dekat} tê pêgê {sumur} hôra {jam} ên hôsei {kira-kira} hektê {ke-enam}


Alkitab terjemahan bahasa Indonesia tidak menyediakan terjemahan harfiah untuk ayat 6 diatas, namun dengan tafsiran yang menggunakan ukuran jam Yahudi.


Ayat diatas mempunyai 2 tafsiran:

- Penafsir pertama mengatakan, dengan menggunakan pembagian waktu ala Yahudi maka jam ke-enam itu adalah jam 12 siang (jadi saat panas matahari terik, sehingga mungkin cocok dengan keadaan Yesus yang sedang merasa haus dalam perjalanan-Nya itu).

- Penafsir kedua mengatakan bahwa itu adalah jam ke-enam menurut pembagian waktu Romawi, sehingga jam ke-enam tersebut adalah jam 6 sore (bandingkan dengan Yohanes 19:14, di mana Yohanes menggunakan pembagian waktu ala Romawi, bandingkan pula dengan Yohanes 1:39; 4:6, 52). Kebiasaan menimba air di tanah Palestina dilakukan pada pagi dan sore hari, tidak dilakukan tengah hari. Maka ketika Yesus Kristus duduk di sumur Yakub, adalah pada jam enam sore, bukan jam dua belas siang seperti yang diterjemahkan dalam Alkitab terjemahan Bahasa Indonesia.

2. Dialog yang unik.

Ayat 7, ada hal yang menarik dalam diri perempuan Samaria ini untuk dicermati. Kebiasaan mengambil air di kalangan perempuan, biasanya dilakukan dengan cara berkelompok. Namun perempuan ini mengambil air sendirian (ini memberikan kemungkinan perempuan ini dikucilkan kaumnya, karena gaya hidupnya, bandingkan dengan Yohanes 4:18). Tuhan Yesus menyuruh murid-murid-Nya pergi membeli makanan, mengapa tidak sebagian murid saja yang pergi membeli makanan, sehingga Ia tidak sendirian pula disitu. Yesus yang adalah Allah yang Mahatahu, mengetahui apa yang akan terjadi, dan misi-Nya adalah untuk mengabarkan 'kabar baik' kepada jiwa-jiwa yang terhilang. Bisa dibayangkan apabila Yesus bersama 12 murid-Nya, sehingga ada rombongan 13 orang Yahudi ada di sekitar sumur itu, hal demikian bisa-saja membuat perempuan Samaria ini mengurungkan niatnya untuk mengambil air. Dan selanjutnya tidak akan pernah terjadi dialog penting antara Yesus dan perempuan Samaria ini.

Perempuan itu datang ke sumur hendak mengambil air. Ketika Yesus meminta air kepada perempuan Samaria ini (ayat 7) dengan segera perempuan itu mengetahui bahwa Yesus adalah orang Yahudi, kemungkinan dari logat atau cara-bicara-Nya. Pembicaraan Yesus dengan Perempuan Samaria ini memberikan 'keunikan' dan 'prasangka' yaitu sex dan ras. Yohanes mencatat jelas ketidak-hadiran murid-murid-Nya dalam percakapan ini yang menyatakan, dialog itu adalah unik. Seorang Rabbi tidak seharusnya berbicara di tempat umum dengan seorang perempuan, apalagi perempuan ini adalah seorang Samaria.

Ayat 9, orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria (NIV menterjemahkan dengan 'tidak dipersatukan'). Contohnya, piring yang setelah dipergunakan oleh orang Samaria, walaupun sudah dicuci-pun tidak boleh dipakai lagi oleh orang Yahudi. Sedemikian hebatnya keterpisahan 2 ras ini. Maka dalam kasus ini seharusnya Yesus tidak menggunakan timba yang sama dengan orang Samaria untuk mengambil air minum (D Daube, The New Testamen and Rabinic Judaism, p 375-382). Sejarah mencatat + 722 sM Israel dikalahkan oleh Asyur (2 Raja-raja 17). Orang Israel terganggu dengan kawin-campur yang menghasilkan orang-orang blasteran Samaria. Selanjutnya orang Israel antipati dengan orang Samaria (2 Raja-Raja 17:26,29) yang dari perkawinan kalangan yang melakukan kawin campur, melakukan ibadah yang 'blasteran' pula. Ezra pasal 4, kalangan Samaria membangun Bait Allah sendiri (+ 400 sM) dengan menggunakan kitab tersendiri (Samaritan Pentateuch, yang sedikit berbeda dengan Pentateuch Yahudi, misalnya pada Ulangan 27:4, Gunung Ebal menjadi Gunung Gerizim). Namun, pelayanan Yesus, adalah pelayanan yang menembus batas-batas ras. Bagi Yesus, baik Samaritanisme maupun Yudaisme perlu dikoreksi, keduanya perlu diperbaharui.

3. Kepuasan Kebutuhan.

Ayat 8-12 Yesus membuka percakapan dengan perempuan itu dengan menggunakan kebutuhan jasmani-Nya untuk minta minum, perempuan itu mempertanyakan posisi hubungan kedua ras yang berseberangan. Di dalam tanggapan-Nya, Yesus kemudian meninggalkan kebutuhan-Nya sendiri dan menunjukkan bahwa perempuan itu mempunyai kebutuhan yang lebih mendalam, yaitu kebutuhan yang dapat dipenuhi oleh Tuhan Yesus Kristus menyatakan dirinya adalah sumber 'air hidup' (bandingkan dengan Yohanes 7:37-39). Namun perempuan ini kemudian menjadi bingung sebab pola pikirnya adalah masih tertuju pada air yang ada dalam sumur itu, dan menganggap Yesus tidak bisa memberinya air karena Ia tidak membawa timba. Apabila Yesus dapat memberinya air itu, menurutnya Yesus lebih besar dari Yakub.

Ayat 13-14, Yesus mengutarakan perbedaan air yang menghilangkan haus untuk sementara dan yang menghilangkan haus secara terus-menerus. Yang terakhir tentu lebih baik sebab bisa membawa kepada kehidupan yang kekal. Yesus telah membedakan perkara duniawi dan rohani tentang 'air' ini. Air hidup yang melimpah (ayat 14b). Dan air hidup itu adalah Roh Kudus (Yohanes 7:39; Yesaya 44:3; Yoel 2:28 ).

Namun perempuan ini tetap tidak mengerti karena ia hanya membayangkan kemungkinan ia tidak perlu lagi susah-susah datang ke sumur Yakub itu untuk menimba air. Kemudian Yesus mengarahkan perempuan itu kepada kebutuhannya yang lebih pribadi. Ayat 16, Yesus menyuruh perempuan itu untuk memanggil suaminya. Karena telah melalui introduksi dialog yang baik, dimana perempuan itu sudah merasa 'tidak dilecehkan' secara ras, perempuan inipun menjadi 'tidak tersinggung' atau merasa 'dihakimi' karena gaya hidupnya, ia mengatakan 'aku tidak mempunyai suami', Yesuspun dengan cepat menjawab "Tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami, sebab engkau sudah mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau berkata benar" (ayat 17-18 ). Sejarah perkawinan yang suram dari perempuan ini dibongkar oleh penerobosan Yesus dan pengakuan perempuan itu sendiri. Mungkin setidaknya ada 5 perceraian terdahulu dan 1 hubungan haram yang dilakukannya sekarang. Pengetahuan Yesus akan latar-belakang kehidupannya, dan kemampuan-Nya membaca jiwa, membuat perempuan ini takjub. Bagi perempuan ini, seorang lelaki yang sebelumnya ia panggil 'Tuan' (Yunani, 'Kurie', dari kata 'Kurios' ), kini menurutnya adalah seorang nabi (Ayat 19).

Seorang yang sangat berdosa (seperti perempuan ini) bisa memberikan respons yang sangat baik terhadap suatu pengajaran. Orang yang sangat berdosa ini justru yang sangat memerlukan pertolongan. Berbeda dengan orang yang merasa dirinya suci, merasa tahu Firman, kadang mereka justru susah sekali menerima pembukaan pengajaran dari Firman Allah.

Mengapa perempuan ini memilih kehidupan yang demikian? Apakah ini pilihannya? Apakah hal itu wujud dari ketidak-puasan?.
Survey BKKBN 2003 mencatat, sebagian besar kalangan remaja (berusia 15-24 tahun) telah kehilangan keperawanannya. Dalam berpacaran, mereka tidak lagi 'sekadar' berpegangan tangan, berpelukan, berciuman tetapi juga telah berhubungan seksual, sebuah aktivitas yang sesungguhnya 'hak milik' bagi yang sudah menikah. Survey tersebut juga mengatakan bahwa, seorang remaja putri yang hilang keperawanannya pada masa SMA, kemudian masuk ke universitas sebagai mahasiswi, ia akan segera mencari pacar lagi dan kemudian juga melakukan hubungan seksual pra-nikah, namun biasanya mereka juga tidak mendapatkan kepuasan, dimana di pihak remaja lelaki merasa mendapat ‘sisa’ dan si remaja putri mempunyai konflik lain bahwa ia merasa sudah dicampakkan, dia akan terus mencari lelaki yang mempunyai kasih yang tulus kepada dirinya, namun tubuhnya selalu menjadi kendala. Konflik ketidak-puasan seksual ini ada di segala golongan. Sebuah survey yang dulu meneliti, seorang lelaki yang sudah menikah akan mempunyai WIL pada usia perkawinannya yang ke-10, hasil survey selanjutnya mengatakan lelaki akan mempunyai WIL pada usia perkawinannya yang ke-5. Pengambilan sikap seperti ini apakah sebuah pilihan? Betulkah yang dicari bapak-bapak muda ini adalah kepuasan karena istrinya tidak memenuhi kriteria kebutuhan suami?. Seorang muda (entah laki-laki atau perempuan) yang bersedia menjadi 'simpanan' orang yang sudah menikah dengan alasan ekonomi, walaupun pada akhirnya kebutuhannya terpenuhi secara materi, mereka juga tidak merasa puas.

Dalam kasus lain, misalnya, seorang yang bermimpi menjadi artis dan kemudian benar-benar menjadi 'public-figure' menjadi penyanyi/bintang film terkenal, sering juga tidak tahan terhadap tekanan hidup sebagai artis, dan pada akhirnya tidak merasa puas pula.
Kasus korupsi, menunjukkan bahwa uang dan harta tidak akan pernah cukup. Betulkah orang yang korupsi adalah karena 'kepepet' saja?. Seorang yang kaya-pun tidak akan pernah merasa puas dengan jumlah hartanya. Para konglomerat gereja tidak akan merasa puas dengan perkembangan/ ekspansi gerejanya, buka cabang di mana-mana, dengan berbagai strategi marketing menggaruk banyak jemaat, Sehingga lebih suka 'menginjili' sesama Kristen sendiri untuk berpindah gereja, ketimbang menginjili orang yang benar-benar belum mengenal dan memerlukan Kristus. Mereka juga tidak akan pernah merasa puas terhadap kebesaran gerejanya, jikalau semuanya didasarkan atas keinginan duniawi berkedok rohani, menggaruk uang, dan bukan berlandaskan kasih Kristus sebagai penyelamat jiwa-jiwa. Karena ketidak-puasan ini bahkan mereka rela 'bertengkar' sesama hamba Tuhan, menjadi pecah dalam berbagai-bagai denominasi. Dan di Indonesia meskipun agamanya minoritas, tapi merupakan negara yang paling banyak denominasinya.

4. Air Hidup.

* Yohanes 7:37-39
7:37 Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru: "Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum!
7:38 Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup."
7:39 Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan.


Untuk memperoleh air hidup ini, seseorang harus "meminumnya". Tindakan minum ini bukanlah suatu tindakan sesaat yang satu kali saja, namun suatu tindakan minum yang bertahap-tahap dan berkali-kali. Kata "minum" ditulis dalam bahasa Yunani 'pinetô', dalam betuk imperatif masa kini yang berarti suatu tindakan yang berkesinambungan atau berulang-ulang yang menyatakan bahwa : Meminum air hidup, menuntut persekutuan terus-menerus dengan sumbernya, yaitu Yesus Kristus sendiri. Tidak seorang pun bisa meminum air hidup apabila hubungannya terputus dengan sumber itu. Orang-orang seperti itu akan menjadi seperti "mata air yang kering" seperti yang dikatakan Petrus dalam ayat ini :

* 2 Petrus 2:17
"Guru-guru palsu itu adalah seperti mata air yang kering, seperti kabut yang dihalaukan taufan; bagi mereka telah tersedia tempat dalam kegelapan yang paling dahsyat."

Dalam kasus perempuan Samaria ini, ia telah menerima 'stigma buruk' sebagai 'perempuan yang nggak bener' sehingga iapun tidak memiliki 'teman' sesama perempuan untuk mengambil air, ke-6 laki-laki yang telah bersamanya mungkin juga belum memberikannya kepuasan. 'Air Sumur' adalah simbol dari hal-hal duniawi, yang hanya akan memberi kesegaran sementara. Namun 'Air Hidup' akan menyegarkan secara terus-menerus yaitu Roh Kudus di dalam orang-orang percaya. Perempuan ini mengalami perubahan segera setelah Yesus berbicara tentang masalah kehidupan pribadinya. Perubahan sejati adalah tahu akan dosa, sadar akan dosa dan meninggalkan dosa. Respon perubahan dari diri perempuan ini memberikannya keberanian untuk memberitakan berita baik pada orang-orang banyak yang ditulis pada ayat-ayat selanjutnya.

Sebaliknya marilah kita selidiki hati kita sendiri seberapa rohani hati kita?, dapatkah kita mampu memiliki segala sesuatu yang sifatnya duniawi namun tidak menjadi duniawi?. Jika diri kita dikuasai oleh daging, maka akan menimbulkan keinginan-keinginan daging. Sebaliknya jika hidup kita dikuasai Roh, maka akan menghasilkan buah-buah Roh (Galatia 5:22-23). Air hidup memberikan keselamatan dan kesegaran (kepuasan) rohani. Konsep kekekalan ini mengokohkan kita sebagai umat percaya.

5. Ibadah dalam Roh.
Ayat 20 Penyebutan soal tempat ibadah/ kiblat (di Gunung Gerizim, yang merupakan tempat ibadah tandingan pada ibadah kalangan Yahudi di Yerusalem), mungkin merupakan usaha perempuan ini 'mengalihkan perhatian' dari masalah moral menuju kepada masalah agamawi, yaitu perbedaan antara ibadah orang Samaria dan orang Yahudi, mungkin dia merasa 'tidak nyaman' dosanya diungkapkan. Atau mungkin juga sebagai wujud kerinduan hati untuk mengenal Allah lebih dalam. Tetapi, apapun kemungkinannya, kita bisa mendapatkan pengajaran yang baik dari dialog itu. Yesus, menjawab dengan penuh sopan, bahwa memang saat itu ada perbedaan cara-cara ibadah dari ke-2 ras itu. Namun Ia menyatakan "Saatnya akan tiba" bahwa di dalam tatanan baru dengan kehadiran Kristus ini para penyembah tidak dipengaruhi oleh tempat/lokasi ibadah, tidak ada kiblat tertentu harus di Yerusalem ataupun di Gunung Gerizim, sehingga perdebatan mengenai perbedaan tempat sama sekali tidak perlu (ayat 21).

Ayat 22, Hal yang lebih penting adalah mengenai sasaran ibadah, Ibadah orang-orang Samaria adalah ibadah yang kacau alias 'blasteran dengan kebiasaan kafir' (bandingkan dengan 2 Raja-raja 17:33). Meskipun mereka menerima ke-5 kitab Musa, namun mereka tidak menyembah Allah yang benar (2 Raja-raja 17:29). Maka, tentang hal ini, orang Yahudi lebih unggul daripada orang Samaria dalam pengertian rohaninya. Yesus berkata "Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi." (bandingkan dengan Roma 9:5). Orang Samaria membatasi dirinya pada kitab Pentateukh saja. Dan sebagai kelanjutannya Yesus menjelaskan sistem penyembahan yang universal, yang dilakukan oleh para penyembah-penyembah sejati dan tidak dibatasi oleh lokasi/tempat. Karena penyembah-penyebah sejati menyembah Allah di dalam Roh dan kebenaran Roh. Sebab Allah itu Roh (ayat 24). Pengertian Allah itu Roh, bukanlah hal yang asing dalam pengertian Yudaisme, tetapi Yesus menekankan bahwa penyembah-Nya pun harus selaras dengan yang disembah. Formalitas ibadah keagamaan tidak akan menyentuh apa-apa jika dilakukan tanpa "Roh". Betapa banyak dari kita mengetahui hal-hal yang jahat yang dilarang oleh Alkitab, toh kita melakukannya juga baik secara tersembunyi maupun secara kasat mata, bukan?.

Ayat 25-26, Perempuan itu menyinggung tentang datangnya Mesias yang mungkin dilandaskan dari kitab pentateukhnya yaitu Ulangan 18:15-18 yang diterima oleh orang Samaria sebagai kitab suci mereka, yaitu tentang hadirnya nabi yang paling unggul. Yesus dengan pasti mengatakan dengan kalimat ilahian dalam ayat 26 "Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau" (dalam bahasa asli Yunani, kata "akulah Dia" diterjemahkan dari kata "EGÔ EIMI", frasa ini begitu penting mengkontraskan terhadap apa yang sudah dikatakan Yesus dalam ayat 20, dalam ayat 26 ini Yesus Kristus menyatakan bahwa Dia-lah Kiblat itu!. Dan tidak ada keseganan pada saat itu, pada saat Yesus mengaku bahwa Dialah Mesias itu, sekalipun Injil-injil Sinoptik sering mencatat keseganan demikian. Tidak ada kekuatiran akan akibat-akibat politis ketika Yesus Kristus bersama orang Samaria ketimbang jika Dia berada di kalangan Yahudi. Hal ini cukup menerangkan pendekatan yang berbeda ini. Di sini ditemukan penyataan pribadi dari Mesias kepada seorang yang memiliki suatu pengharapan akan kebenaran.

Kemudian percakapan tersebut terhenti dengan kedatangan para murid yang keheranan bahwa Yesus 'melanggar' kebiasaan dengan berbicara dengan seorang perempuan (lihat ayat 9). Tetapi rasa hormat kepada Sang Guru, membuat mereka tidak berani bertanya terang-terangan. Pada saat yang sama, terlihat jelas hasil dari berita Injil yang disampaikan pada perempuan mantan pendosa itu, dimana dia telah diperbaharui, ia meninggalkan tempayannya itu karena ia telah memiliki air hidup, dan ia langsung menyampaikan berita rohani kepada orang-orang lain dari kota itu dan bersaksi tentang pengalamannya yang menggetarkan tentang perjumpaannya dengan Kristus. Ayat 30 tampak jelas orang-orang lain yang mendengar terkesan, dan pergi bersama perempuan itu pergi ke sumur Yakub dan berjumpa dengan Yesus.

Ayat 31-38 para murid mendesak Yesus untuk makan, hal ini merupakan lanjutan dari ajaran Yesus tentang hal-hal rohaniah. "Pada-Ku ada makanan yang tidak kamu kenal", kedua kata ganti "Aku" dan "kamu", menyatakan perbedaan besar antara Yesus dan murid-murid-Nya. Namun para murid berpikir mungkin sudah ada orang yang memberikan makanan kepada-Nya, menjawab hal ini Yesus kembali menerangkan "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya". Prinsip yang dijelaskan di sini adalah, berbuat sesuai kehendak Allah itu harus mendahului makanan jasmani (kebutuhan-kebutuhan jasmani). Kemudian Yesus memberikan kiasan tentang masa tuaian, benih sudah ditabur oleh-Nya melalui pemberitaan Injil kepada satu perempuan dan pekerjaan menabur akan Yesus lakukan hingga pekerjaa-Nya selesai (bandingkan dengan Yohanes 17:4; 19:30). 4 bulan adalah gambaran normal masa penantian panen, tetapi dengan segera para murid dapat melihat hasil tuaian yang sudah menguning (orang-orang Samaria yang datang) dari hasil penaburan-Nya itu. "Penuai telah menerima upahnya dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal" (ayat 36) Yesus menerangkan ilustrasi-Nya dengan menunjukkan sebuah prinsip rohani, bahwa penuai patut menerima upah, "Aku mengutus kamu untuk menuai", Yesus mengingatkan bahwa mereka harus menyelesaikan pekerjaan menabur yang sudah dilakukan-Nya kepada perempuan itu, dan perempuan itupun juga menabur benih keselamatan kepada orang-orang lainnya.
Ayat 39-42, banyak orang menjadi percaya kepada Tuhan dari kesaksian perempuan itu, dan Yesus setuju tinggal di tangah mereka selama 2 hari. Dan sepanjang 2 hari tersebut banyak orang menjadi percaya bahwa Yesus adalah Juruselamat dunia, adalah suatu jabatan yang universal baik kepada bangsa Yahudi orang Samaria maupun bangsa-bangsa lainnya.

Penutup & Aplikasi:
Yohanes 4 adalah kisah penyelamatan yang begitu lengkap, dibanding kisah-kisah lain yang tertulis dalam kitab-kitab Injil. Karena menyangkut banyak pihak dan banyak aspek : hadirnya seorang penyelamat dan pendosa, sikap para murid, jiwa-jiwa baru akibat berita Injil; perbedaan gender dan ras; perbedaan cara ibadah yang dilanjut dengan keseragaman ibadah secara roh yang selaras dengan Allah yang adalah Roh yang tanpa ada keterbatasan lokasi, dan keuniversalan karya keselamatan.

Seorang pendosa, betapapun buruknya, ia tetap bisa menjadi saluran berkat keselamatan bagi banyak orang, perempuan Samaria ini sudah membuktikannya. Dengan air hidup, ia telah dipuaskan, dan kembali pula ia memancarkan kasih-karunia itu kepada orang-orang lain. Yesus 'memakai' seorang dari kaum yang dianggap lemah, kaum yang gampang dilecehkan, sehingga sampai sekarangpun di negara Indonesia ini, beberapa kalangan fundamentalis di negara ini merasa perlu membuat undang-undang untuk memberangus keberadaannya, menganggap perempuan adalah biangnya kemaksiatan. Namun dari kisah ini, seorang yang menerima 'cap-buruk', seorang perempuan yang dipandang beberapa kalangan lebih rendah dari laki-laki, dia telah menjadi seorang pengabar Injil yang dasyat, kesederhanaan imannya mampu menggiring orang-orang lain untuk datang kepada Yesus. Dari pembaharuan yang diperolehnya dari Injil yang disampaikan Yesus itu, ia tidak lagi dibelenggu kesalahan dan dosanya pada masa lalu, ia telah mejadi manusia baru, menjadi penyembah rohani yang tidak terbatas lokasi, gender dan ras, ia mengabarkan pula kepada orang-orang lain untuk menjadi penyembah rohani yang sama dengan dirinya dan datang kepada Yesus untuk diselamatkan. Amin

Jumat, 08 Juni 2012

Profil


Pdt. Urbanus, M.Th
(Bendahara Wilayah GKII Kalimantan Barat).

Tempat & tanggal lahir           : Pelaik, 15 Juni 1976.
Nama istri                                : Sriyana Yopita, S.Th
Anak-anak                               : 1. Anggi Oktavia.
                                                   2. Sindi Alisha.

Riwayat Pendidikan:
Pendidikan Dasar:
SD Pelaik, Sintang Kal-Bar                            (1990)

Pendidikan Menengah:
SMP Pelaik, Sintang Kal-Bar                         (1993)
SMA Negeri 2 Sintang                                   (1996)

Pendidikan Tinggi:
Sarjana Theologi, STT Pontianak                   (2003)             Ujian Negara (2005)
Magister Of Theologi, STT Pontianak            (2010)            Ujian Negara (2011)
Doctor Of Theologi, STT Cipanas                   (Proses Studi)

Riwayat Pelayanan:
Gembala Sidang GKII Maranatha Jeruju         (2002-2011)
Bendahara Wilayah GKII Kalbar                     (2006-2011)
Bendahara Wilayah GKII Kalbar                     (2011-........)
Dosen STT Pontianak                                      (2010-........)

Riwayat Organisasi:
Wakil Ketua FAPSEDU                                   (2010-2015)
(Forum Antar Umat Beragama Peduli
Keluarga Sejahtera Dan Kependudukan)








Renungan = Perkawinan Di Kana

PERKAWINAN DI KANA
(Yohanes 2:1-11)

Image

     Dalam Injil Yohanes beberapa mujizat digambarkan selaku tanda-tanda. Terdapat rangkaian dari tujuh tanda demikian dalam cerita Yohanes. Sesudah bagian besar tanda ini menyusullah pembicaraan tentang salah satu pokok terkait. Karena itu, jelas bahwa tanda-tanda ini adalah bagian pelengkap dari struktur Injil ini. Kunjungan singkat kembali ke Galilea ini tidak disertai dengan pelayanan umum, tetapi mencakup suatu peristiwa yang memperdalam keyakinan para murid kepada Tuhan Yesus, dengan melanjutkan penekanan Yohanes pasal 1. Ada sedikit penjelasan tentang hubungan Tuhan Yesus dengan ibu-Nya dan sikapNya terhadap kehidupan sosial (bandingkan Matius 11:19). Pengubahan air menjadi anggur dicatat sebagai mujizat pertama-Nya. Tanda pertama dapat dikatakan menyediakan pentas bagi yang berikutnya. Segala tanda ini membawa kita untuk melihat kenyataan dari kemuliaan Kristus (Yohanes 2:11).

2:1 Pada hari ketiga ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada di situ;
2:2 Yesus dan murid-murid-Nya diundang juga ke perkawinan itu.



Pada hari ketiga ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada di situ. Hari ke tiga, tampaknya berkaitan dengan Yohanes 1:43, diperlukan sekitar 2 hari atau lebih untuk menuju ke Kana yang terletak sekitar 7.5 mil di sebelah utara Nazaret (Carson, D.A., The Gospel According to John, Inter-Varsity Press, Leicester, England, 1991, hlm 168).

Yohanes mencatat kehadiran ibu Yesus pada pesta tersebut. Dalam ayat ini, sama seperti Rasul Yohanes tidak disebut "Yohanes" dalam Injil ini, demikian juga ibu Yesus tidak disebut "Maria" dalam Injil Yohanes . Keengganannya mempergunakan nama Maria di sini dalam Yohanes 19:26 mungkin disebabkan oleh alasan yang sama dengan alasannya untuk menyembunyikan namanya sendiri. Dia memiliki hubungan keluarga khusus dengan Maria (Yohanes 19:27).

Pada zaman itu, teman-teman mempelai laki-laki mengantar mempelai perempuan ke rumah mempelai laki-laki, dan di sana pesta perkawinan diadakan. Acara itu dapat berlangsung selama tujuh hari. Biaya pesta perkawinan ditanggung mempelai laki-laki (Carson, hlm 169).

Tidak dapat dipastikan apakah Yesus merencanakan perjalanan-Nya untuk dapat menghadiri pernikahan tersebut ataukah Dia dan para murid-Nya diundang setelah mereka di Galilea. Apabila yang kedua merupakan alternative yang benar, maka kejadian kehabisan anggur tersebut mudah diterangkan. Para tamu lainnya mungkin juga diundang secara mendadak.

Dalam Yohanes 21:2 kita membaca bahwa Natanael berasal dari Kana. Mungkin itu sebabnya mereka diundang ke sana, Natanael yang tinggal di Kana mungkin merupakan orang yang mengartur undangan tersebut. Tetapi mungkin juga mereka diundang karena Maria, ibu Yesus terlibat dalam perkawinan itu.


2:3 Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepada-Nya: "Mereka kehabisan anggur."2:4 Kata Yesus kepadanya: "Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba."2:5 Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: "Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!"


Anggur merupakan suatu kewajiban di pesta perkawinan orang Yahudi. Bagi mereka, anggur melambangkan dan membangkitkan rasa sukacita (Amos 9:13, Hosea 14:7) tetapi kemabukan dianggap tidak layak. Anggur yang dihidangkan bukanlah jus buah anggur," melainkan anggur yang mengandung alcohol (Carson, 169 bandingkan artikel "Wine dan Minuman Keras", di wine-dan-minuman-keras-vt868.html#p2364 ).

Masalah kehabisan anggur ini pasti menimbulkan rasa malu, jika apa yang mereka hidangkan tidak lengkap; Mungkin mereka bukan orang kaya, dan jumlah anggur yang mereka sediakan pas-pasan. Ada kemungkinan adalah kerabat dari mempelai itu, sehingga Maria terlibat dalam urusan konsumsi di pernikahan itu, dan dia dapat mengemukakan hal ini dan juga dapat memberi perintah kepada pelayan-pelayan.

Maria datang kepada Yesus untuk menceritakan bahwa persediaan Anggur sudah habis. Di dalam jawaban-Nya, pemakaian istilah perempuan (bukan "ibu" seperti di dalam Alkitab LAI) bukan berarti tidak menghormati (lihat artikel "Yesus memanggil ibu-Nya perempuan", di yesus-memanggil-ibu-nya-perempuan-vt58.html#p126 )


2:4 LAI TB, Kata Yesus kepadanya: "Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba.KJV, Jesus saith unto her, Woman, what have I to do with thee? mine hour is not yet come.TR, λεγει αυτη ο ιησους τι εμοι και σοι γυναι ουπω ηκει η ωρα μουTranslit interlinear, legei {berkata} autê {kepadanya} ho iêsous {Yesus} ti emoi kai {jangan mengganggu Aku} soi gunai {hai perempuan (nyonya/ madame)} oupô {masih belum} êkei {tiba} hê hôra {waktu} mou {-Ku}


Yohanes melaporkan percakapan mereka dengan begitu singkat, sehingga nada atau sikap Maria, ibu Yesus tidak begitu tampak bagi para pembaca. Apakah yang Maria katakan itu, diucapkan sambil lalu saja, atau dengan mengharapkan mukjizat, atau dengan mengharapkan pertolongan biasa?

"Mau apakah engkau dari pada-Ku Nyonya?" Yesus bertanya kepada ibu-Nya. Kata-kata ini menunjukkan perbedaaan kepentingan dan tampaknya ada unsur menegur. Mungkin karena Maria tahu bahwa Yesus adalah Mesias, dan dia mau mendorong Dia untuk menyatakan kemuliaan-Nya, sama seperti saudara-saudara Yesus, dalam Yohanes 7:2-9. Pasti dia masih mengingat nubuat yang disampaikan malaikat dan manusia pada waktu Yesus dilahirkan. Selain itu, tampaknya sampai saat itu Yesus sering menolong ibu-Nya, sehingga Maria sudah mengerti bahwa Yesus itu sangat pintar, dan dapat diandalkan (tetapi bukan dengan mujizat, karena perikop ini menulis jelas pada peristiwa ini adalah mujizat yang pertama dilakukan Yesus). Pengertian ini sesuai dengan suatu pola yang nyata dalam Injil Yohanes, yaitu bahwa orang-orang yang berbicara kepada Tuhan Yesus berbicara pada tingkat jasmani, sedangkan Dia menjawab pada suatu tingkat rohani. Pola tersebut terlihat dalam Yohanes 3:3-4; 4: 15, 47; 5:6-7; 6:32-33, 41; dan 11:22-24.80 Maria mungkin mengharapkan agar Tuhan Yesus mempergunakan situasi dalam pesta tersebut untuk menarik perhatian orang kepada diri-Nya dengan cara sedemikian rupa untuk mendukung program Mesianis-Nya.

"Tetapi saat-Nya belum tiba", ayat-ayat Yang kemudian menunjuk kepada salib sebagai saat tersebut (Yohanes 7:30; 8:20; 12:23; 1.3:1; 17:1). Tuhan Yesus ingin ibu-Nya mengerti bahwa hubungan sebelumnya di antara mereka (Lukas 2:5 l ) sudah berakhir. Sang ibu tidak boleh campur tangan di dalam misi-Nya. Ayat 4 ini juga menyiratkan bahwa Tuhan Yesus "mengabaikan" hubungan jasmani, seperti apa yang Dia lakukan dalam Matius 19:29; Markus 3:33-35; Lukas 2:49; 11:27-28; dan Yohanes 7: 1-10, karena kaitan kekeluargaan tidak boleh mempengaruhi pola pelayanan-Nya. Dengan segala kesopanan yang layak, Tuhan Yesus menegur Maria, ibu-Nya.

Kata "saat" (Yunani, ωρα – hora) dalam frasa "saat-Ku belum tiba" penting dalam Injil Yohanes. Tujuh kali istilah (ωρα – hora dipakai dengan arti "pukul" atau "jam" (Yohanes 1:39; 4:6, 52,53; 11:9; dan 19:14) tetapi kata ini lebih sering dipakai bersandingan dengan kata "datang" (ερχομαι – erkhomai) untuk merujuk pada penyaliban dan kebangkitan Tuhan Yesus, penderitaan murid-murid-Nya, atau suatu waktu di masa depan yang tertanda kebangkitan dan penyembahan yang benar (Yohanes 4:21, 23; 5:25. 28; 7:30; 8:20; 12:23,27; 13:1; 16:2,4,25.3; dan 17:1), Dalam Yohanes 16:21 dua kata ini dipakai mengenai saat seorang ibu sakit pada waktu melahirkan, tetapi hal itu dikemukakan sebagai suatu alat peraga mengenai penderitaan Tuhan Yesus.

Teguran tersebut didasari pada suatu alasan yang sulit dipahami, yaitu "Saat-Ku belum tiba". Alasan ini pasti tidak jelas bagi setiap pembaca yang belum membaca seluruh Injil Yohanes. Namun bagi para pembaca yang sudah berkali-kali membaca Injil Yohanes mengerti bahwa ungkapan ini merujuk pada saat Dia akan dimuliakan di kayu salib, tetapi bagi orang yang belum membaca Injil Yohanes ungkapan ini hanya membangkitkan rasa ingin tahu, sehingga dia akan membaca terus, dan mencari penjelasan.

Meskipun demikian, kita masih perlu memikirkan arti jawaban atau alasan tersebut bagi Maria. Carson memberi tiga penjelasan yang tepat:
    Pertama. Tuhan Yesus mau supaya Maria, dan kita, mengutamakan Kerajaan Allah, yang dapat diumpamakan sebagai Pesta Perkawinan (Matius 22: 1-14; 25:1-13; dan Wahyu 19:7 dan 9), sehingga Dia langsung berbicara seolah-olah mengenai saat kemuliaan-Nya, yaitu Pesta Perkawinan Anak Domba. Pada zaman tersebut anggur akan berkelimpahan, seperti apa yang dinubuatkan dalam Yeremia 31:12; Hosea 14:7; dan Amos 9:13-14), tetapi saat itu belum tiba.

    Kedua, dalam peristiwa yang akan terjadi mereka akan melirik kemuliaan Tuhan Yesus, suatu kemuliaan yang akan dinyatakan dalam penyaliban, sehingga dikatakan dalam ayat 11 bahwa "Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya, dan murid-murid-Nya percaya kepadaNya." Akan tetapi. Tuhan Yesus harus menyatakan kemuliaan-Nya atas perintah Allah Bapa, bukan pada permohonan Maria, ibu-Nya. Maria minta Yesus melangkah, tetapi Dia menolak, tapi kemudian Ia melakukan apa yang diminta! Pola ini juga terdapat dalam pasal Yohanes 7: 1-10.

    Ketiga, dalam Yohanes 3:27-30 Tuhan Yesus disebut Mempelai Laki-laki. Sebagai Mempelai Laki-laki yang Akan Datang Dia menyediakan anggur bagi mempelai yang namanya tidak disebutkan. Pada permulaan pelayanan di Kana, Tuhan Yesus memandang pada penyelesaiannya. (Carson, hlm 171)


Maria ditegur, karena ia, sebagai ibu-Nya sendiri, mengharapkan pertolongan dari Yesus dengan harapan yang keliru, sehingga dia ditegur (ayat 4). Lalu, dalam ayat 5, Maria menerima teguran yang lemah lembut itu, tetapi dia masih mengharapkan pertolongan dari Yesus. Dengan kata lain, dalam ayat 3 ibu Yesus datang sebagai ibunya dan dia ditegur, sedangkan dalam ayat 5 dia datang sebagai orang percaya, dan permohonannya diterima. Dalam Matius 15:21-28 dan Yohanes 4:47-50 terlihat suatu pola yang sama. Tuhan Yesus diminta melakukan sesuatu. Dia menolak, orang yang minta, ketika ia tetap meminta, dan Tuhan Yesus mengabulkan permintaannya. Di sini, kita juga melihat bahwa Tuhan Yesus sungguh-sungguh menghargai ketabahan dalam doa. Jika seandainya iman dari Maria kurang kuat. mungkin dia akan berpikir, "Ya sudah, aku ditolak, aku harus mengurus masalah ini sendiri tanpa Yesus." Akan tetapi, karena imannya kuat, Maria tetap sabar dalam permohonan, dan dia meninggalkan masalah ini dalam tangan Tuhan Yesus. Sikap ini memang tidak dicatat secara jelas, namun kita dapat diduganya bahwa setelah Maria mengatakan sebuah pesan kepada pelayan-pelayan pesta perkawinan, dia keluar dari ruangan itu.

Ayat 5 menjelaskan, Maria menyikapi teguran Tuhan Yesus itu, Maria secara bijaksana tidak mempermasalahkan saat itu. Apabila Maria tidak dapat menyuruh Tuhan Yesus, maka dia dapat memerintahkan para pelayan untuk mentaati perintah Yesus. Dengan demikian Maria menunjukkan keyakinannya pada Tuhan Yesus. Perkataan Maria yang tercantum dalam Alkitab hanya sedikit, tetapi apa yang dicatat dalam ayat ini sungguh jelas mengarahkan kita kepada kuasa dan kemuliaan Tuhan Yesus sendiri.


2:6 Di situ ada enam tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi, masing-masing isinya dua tiga buyung.
2:7 Yesus berkata kepada pelayan-pelayan itu: "Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air." Dan mereka pun mengisinya sampai penuh.
2:8 Lalu kata Yesus kepada mereka: "Sekarang cedoklah dan bawalah kepada pemimpin pesta." Lalu mereka pun membawanya.


Terdapat 6 tempayan, yang masing-masing isinya 2-3 buyung (μετρητης - metrêtês), adalah takaran Yunani bagi bahan cair ± sepadan dengan בת - BAT, dan dengan demikian ± 39,5 ltr. Jadi tempayan-tempayan dari batu yang digunakan dalam pesta nikah di Kana itu masing-masing bermuatan antara 80-120 liter (lihat artikel "TIMBANGAN & TAKARAN", di timbangan-takaran-vt2174.html#p11714 )

Hal pembasuhan atau pentahiran, dalam adat orang Yahudi adalah sangat penting bagi orang Yahudi, sesuai dengan apa yang dikatakan dalam Markus 7: 1-7. Tempayan ini disediakan untuk pembasuhan, ini lazim ada di setiap rumah tangga orang Yahudi yang setia pada agama mereka harus dilengkapi dengan tempayan seperti ini. Tidak secara kebetulan kita diberitahu bahwa tempayan itu disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi. Catatan ini menjadi petunjuk bagi para pembaca supaya suatu tema pokok dalam Injil Yohanes menjadi lebih nyata. Di dalam wadah agama lama, agama dan adat orang Yahudi, Tuhan Yesus menciptakan anggur.

Untuk mengatasi keadaan darurat tersebut, Yesus mempergunakan enam tempayan itu sebagai wadah anggur yang diciptakan. Sesuai dengan perintah ibu Yesus, pelayan-pelayan itu melakukan apa yang Dia katakan. Tempayan itu diisi penuh, sehingga tidak ada ruangan untuk menambah anggur atau sesuatu pun.

Setelah semua tempayan itu terisi penuh air, Yesus menyuruh para pelayan mencedok isinya. Yang dimaksudkan rupanya memindahkan isi tempayan-tempayan itu ke tempat yang lebih kecil. Isi yang telah dipindahkan itulah yang dibawa kepada pemimpin pesta. Beberapa orang menafsirkan bahwa pemimpin pesta ini tidak lebih dari kepala pelayan saja: sedangkan penafsir yang lain beranggapan bahwa dia adalah sahabat mempelai laki-laki yang dimintai tolong untuk bertindak selaku pemimpin upacara pesta tersebut (bandingkan Kebijaksanaan Yesus Bin Sira 32:1 dst).


2:9 Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu -- dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang mencedok air itu, mengetahuinya -- ia memanggil mempelai laki-laki,
2:10 dan berkata kepadanya: "Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang."
2:11 Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tanda-Nya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya, dan murid-murid-Nya percaya kepada-Nya.


Rasa anggur tersebut meyakinkan sang pemimpin pesta itu bahwa mutunya lebih baik, begitu jauh lebih baik sehingga dia merasa perlu memuji tuan rumah karena memperlakukan paru tamunya dengan demikian luar biasa dengan memberikan anggur yang baik pada akhir pesta, yaitu ketika hanyak orang pada umumnya sudah demikian kenyang sehingga tidak bisa lagi membedakun antara anggur yang baik dan yang kurang baik.

"Enam tempayan", dalam ayat sebelumnya Yohanes menerangkan hubungan tempayan-tempayan itu dengan upacara-upacara pembasuhan Yahudi, itu menandakan adanya makna simbolis. Sementara orang melihat seluruh peristiwa ini sebagai catatan simbolis bukan fakta nyata, untuk menggambarkan kelebih-tinggian kekristenan atas Yudaisme. Dalam terang ini, air berarti Taurat. Perbandingan ini menerima dukungan dalam tradisi rabiniah.

Kekurangan anggur telah diatasi oleh campur tangan Tuhan Yesus. Kebenaran yang lebih mendalam dari peristiwa ini secara simbolis, ialah bahwa Yudaisme terungkap sebagai kurang sempurna (di dalam penekanannya pada berbagai macam pembasuhan seremonial dengan mengabaikan hal-hal rohani, dan di dalarn kehampaannya. sebaguimana dilambangkan oleh tempayan-tempayan anggur yang kosong), sedangkan Kristus membawa kepenuhan berkat yang paling tinggi mutunya (bandingkan Yohanes 7:37-39). Lagi pula, Tuhan Yesus melakukan hal itu Tanpa menarik perhatian untuk diriNya sendiri, sebuah teladan yang menyegarkan.

Walaupun Yohanes tidak mengatakan secara tersirat bahwa seluruh isi keenam tempayan itu menjadi anggur, dan itu tidak mustahil bahwa hanya apa yang dibawa ke pemimpin pesta menjadi anggur, tetapi jika seandainya hanya air itu yang menjadi anggur, tidakkah mukjizat "kecil" itu nanti menimbulkan kekacauan dan rasa malu bagi mereka? Jika hanya air itu yang menjadi anggur, maka nanti mereka sekali lagi kehabisan anggur! Selain itu, jika hanya apa yang dibawa ke pemimpin pesta itu yang menjadi anggur, suatu jumlah yang tidak dikemukakan oleh Yohanes, mengapa jumlah dan besarnya tempayan itu diuraikan kepada para pembaca? Sebaiknya kita mengerti bahwa seluruh isi keenam tempayan menjadi anggur. Tuhan Yesus memberi hadiah pernikahan yang besar dan mahal kepada mempelai!

Bukankah itu menjadi sesuatu yang indah, bahwa dalam tanda yang pertama ini, pemimpin pesta dan mempelai laki-laki tidak mengerti dari mana datangnya anggur itu? Hanya pelayan-pelayan itu yang mengerti. Tuhan Yesus tidak segan-segan melakukan mukjizat yang hanya dimengerti oleh beberapa bawahan saja.

Oleh karena pemimpin pesta itu tidak tahu, maka ia memuji mempelai laki-laki. Sedangkan murid-murid-Nya mengerti, maka mereka percaya kepada Tuhan Yesus. Kebiasaan yang diceritakan oleh pemimpin pesta itu memang masuk akal. Setelah tamu minum beberapa cawan anggur yang baik, kepekaan indra rasa sudah berkurang, dan mereka tidak mengerti bahwa mereka diberi anggur yang kurang baik. Kata dari pemimpin pesta ini tidak berarti bahwa tamu di pesta perkawinan itu sudah mabuk, dia hanya menceritakan suatu kebiasaan yang wajar bagi orang yang menghidangkan anggur.

Peristiwa air pembasuhan menurut adat orang Yahudi yang menjadi anggur yang baik merupakan yang pertama dari beberapa peristiwa yang membandingkan Yesus dengan adat atau agama Yahudi. Perbandingan ini telah diringkaskan bagi kita dalam Yohanes 1:17, yang berkata, "hukum Taurat diberikan melalui Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus." Peristiwa air pembasuhan yang menjadi anggur yang baik dapat dianggap sebuah perumpamaan yang menjadi kenyataan. Dalam sebuah perumpamaan, biasanya peristiwa itu tidak pernah terjadi, tetapi dalam ayat ini apa yang sungguh terjadi mengandung makna, sama seperti sebuah perumpamaan mengandung makna. Makna "perumpamaan yang menjadi kenyataan" ini adalah bahwa Yesus Kristus menghidangkan sesuatu yang jauh lebih indah daripada apa yang ditawarkan bagi orang Yahudi dalam adat mereka.

Ayat 11 menyebut "Yang pertama dari tanda-tandaNya". Yohanes menyinggung permulaan (Yunani, αρχη - arkhê) tanda-tanda adalah penting, karena ini menunjukkan bahwa cerita-cerita tentang mujizat-mujizat masa kanak-kanak Yesus tidak dapat dibenarkan. Pernyataan ini juga menolak "injil-injil Aprokrif" yang melaporkan serangkaian mujizat yang dilakukan Yesus ketika masih kanak-kanak. Ada orang mengarang cerita bahwa waktu Yesus masih balita, Ia bisa mengubahkan burung dari tanah liat menjadi burung yang hidup, namun cerita ini tidak terdapat dalam tulisan-tulisan yang ditulis pada abad pertama, dan para ahli kitab menganggap cerita tersebut sebagai "Apokrifa" (Carson, hlm 169, bandingkan artikel di Injil-injil Rahasia (Apokrif),bab 3, Masa Kecil, di injil-injil-rahasia-apokrif-vt2455.html#p14305 ).

Pada abad ke-2 M, Pada pihak lain, perkataan 'pertama' di sini mesti berhubungan dengan Yohanes 4:54 dimana disebutkan "tanda ke dua", juga di Kana. Mungkin yang pertama berarti melulu, yang pertama dari rangkaian peristiwa di Kana. Kata "tanda-tanda" menunjukkan bahwa tindakan lahiriahnya dimaksudkan untuk menunjukkan maksud yang ada di baliknya dengan memberikan keterangan mengenai pribadi atau karya Kristus.

Frasa "Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya" di dalam ayat 11 ini merupakan suatu istilah yang mengarahkan perhatian kita kepada kuasa Yesus untuk melaksanakan suatu perubahan rohani, sebagaimana dilambangkan dengan perubahan air menjadi anggur (bandingkan Yohanes 11:40).

Mujizat pada pesta perkawinan ini juga dapat kita mengerti bahwa, Yesus memberikan tanda-Nya yang pertama terjadi di awal pembentukan rumah-tangga, di dalam suatu keluarga disitu Tuhan Yesus memulai pekerjaan-Nya dan dampaknya bagi orang-orang sekitarnya pula.

Dalam peristiwa ini Tuhan Yesus tidak melakukan sesuatu pun secara yang fisik Ia peragakan. Dia hanya berkata (berfirman), dan perkataan-Nya itu sudah cukup. Namun, bagaimana caranya mujizat ini terjadi bukanlah sesuatu yang menarik bagi Yohanes. Yang penting bagi Yohanes adalah tanggapan setiap orang yang terlibat. Dan tanggapan yang layak adalah tanggapan murid-murid-Nya. Berbeda dengan pemimpin pesta yang disebut tidak-tahu dan para pelayan yang mengetahui mujizatNya (ayat 9). Dalam ayat 11 ini, Yohanes menulis" Murid-murid percaya kepadaNya". Para murid menjadi beriman. Hanya para murid inilah yang benar-benar memperoleh manfaat dari tanda itu. Pada perkawinan di kana itu, Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya kepada enam muridNya yang pertama bahwa Dia adalah Mesias, disitu Ia menyatakan kemuliaan dan kemahakuasaan-Nya di hadapan mereka, dan iman mereka menjadi bertambah-tambah, salah satu murid yang menjadi saksi mata peristiwa ini, mencatatnya dan mengabarkan kepada kita para pembacanya untuk menjadi percaya dan mendapatkan karunia keselamatan seperti yang telah dinikmatinya. Kitapun dapat mengikuti jejaknya untuk dapat pula menyaksikan karunia besar yang diberikan Tuhan Yesus kepada umat yang percaya kepadaNya. Tuhan Yesus memberkati.

Senin, 04 Juni 2012

Fapsedu

Fapsedu = Forum Antar Umat Beragama Peduli Keluarga Sejahtera Dan Kependudukan.

Pendidikan Agama Kristen Yang Majemuk

            PENDIDIKAN DALAM WAKTU

       Pendidikan Agama Kristen dikenal sejak lama, sehingga orang harus memahami dasar-dasar dari dunia pendidikan. Pendidikan sama tuanya dengan kesadaran manusia.  Oleh sebab itu, tidak mengherankan jika banyak filsuf dan para pemikir sejarah yang terkemuka telah memberikan waktu dan perhatian mereka terhadap pendidikan.  Namun, sama seperti semua pertanyaan dan usaha besar manusia, pendidikan ternyata belum berhasil menemukan sebuah definisi atau deskripsi yang diterima secara umum. Proses pendidikan berlangsung sepanjang hidup, sejak lahir hingga meninggal dunia.  
            Sebuah pendidikan jika ditinjau dari tahap perkembangannya dapat dibedakan menjadi lima tahap:
1.   Pendidikan balita, yaitu pendidikan yang terdiri atas kegiatan-kegiatan melindungi  dan mengasuh anak sejak lahir sampai dengan kurang lebih berusia dua tahun, sehingga tumbuh sehat.
2. Pendidikan kanak-kanak, yaitu pendidikan yang terdiri atas kegiatan-kegiatan mengembangkan kebiasaan berbahasa, berpikir, mengenali diri dan lingkungan sekelilingnya, pada anak berusia kurang lebih dua sampai dengan enam tahun.
3.    Pendidikan anak sekolah, yaitu pendidikan yang terdiri atas kegiatan-kegiatan memperluas dan meningkatkan kemampuan intelektual, pengenalan kehidupan, lingkungan sosial dan kepercayaan diri pada anak berusia kurang lebih enam tahun sampai dua belas tahun.
4.  Pendidikan remaja yaitu pendidikan yang terdiri atas kegiatan-kegiatan memperkokoh kepribadian anak berusia kurang lebih tiga belas tahun sampai dengan dipandang dewasa (22 tahun), sehingga mampu mandiri secara fisik, intelektual, sosial dan emosional.
5.  Pendidikan orang dewasa yaitu pendekatan yang terdiri atas kegiatan-kegiatan menambah, menyempurnakan dan memperluas kemampuan orang dewasa agar dapat melaksanakan dan menikmati tugas hidupnya secara lebih lengkap. (Sumber buku: Filsafat Ilmu Pendidikan, oleh: Redja Mudyaharjo, penerbit: Bandung, PT Remaja Rosdakarya, tahun 2010 halaman 71-72).
          Dengan adanya kemajuan teknologi dan perkembangan dalam dunia pendidikan, kita harus mampu mengembangkan pendidikan kearah yang lebih baik.  Kita memerlukan waktu yang panjang dan sikap yang mau berkorban dalam mengabdikan diri demi tercapainya sebuah harapan yang lebih baik dalam dunia pendidikan. Pendidikan merupakan suatu unsur yang penting untuk dipikirkan dan dilaksanakan oleh suatu Negara, karena melalui pendidikan akan menolong kesejahteraan suatu bangsa.  Upaya pemerintah bangsa Indonesia yang sangat gencarnya membenah sistem dan unsur pendidikan yang ada di Indonesia ini membuktikan bahwa pendidikan perlu diperhatikan dan dijalankan dengan baik demi tercapainya sebuah tujuan membangun manusia seutuhnya.